KARYA ILMIAH
SEPUTAR PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pendekatan pembelajaran
yang merupakan tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan belum dilaksanakan
secara maksimal. Guru masih sering melaksanakan kegiatan pembelajaran
Matematika secara murni mata pelajaran dan terpisah dari mata pelajaran lain.
Kegiatan pembelajaran mata pelajaran Matematika hanya mempelajari standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan Matematika tanpa
mengaitkannya dengan mata pelajaran lain. Pembelajaran seperti ini
mengakibatkan siswa terjebak dalam rutinitas yang membosankan sehingga
pembelajaran menjadi kurang menarik dan motivasi belajar siswa pun rendah.
Siswa juga belum terlibat secara aktif dalam menemukan konsep yang dipelajari,
karena pembelajaran lebih banyak terpusat pada guru. Selain itu, pembelajaran
yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah kurang mengembangkan siswa untuk
berfikir holistik karena siswa kurang mengetahui keterkaitan konsep dari beberapa
mata pelajaran, sehingga pengalaman yang diperoleh sebagai hasil belajar
menjadi kurang bermakna. Pada akhirnya berimplikasi pada rendahnya prestasi
belajar siswa.
Berkaitan dengan upaya
peningkatan mutu pendidikan dan seiring bergulirnya kurikulum tingkat satuan
pendidikan, pembelajaran yang dikemas dan dirancang guru harus mengoptimalkan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah digariskan. Untuk
mencapai hal tersebut maka guru harus dapat menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis siswa SD kelas I. Pada periode
ini, siswa masih memandang dunia sebagai sesuatu yang terpadu dan konkrit,
sehingga pendekatan pembelajaran yang digunakan di kelas ini harus bersifat
tematis dan integratif. Dengan pembelajaran secara tematis dan integratif
diharapkan dapat memberikan pengalaman yang lebih bermakna dan utuh bagi siswa,
serta dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal. Dan
pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya
prestasi belajar Matematika.
Pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan
pada awal semester genap terdapat kesenjangan jika dibandingkan dengan tuntutan
pembelajaran ideal sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
menekankan penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kesenjangan
tersebut antara lain: pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini belum
mampu membangkitkan motivasi belajar yang tinggi, belum menunjukkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam menemukan konsep yang dipelajari, serta
kurang dapat memberikan pengalaman yang bermakna dan utuh kepada siswa.
Berdasarkan uraian di
atas, maka mendorong penulis untuk mengeliminir kesenjangan-kesenjangan yang
menjadi permasalahan dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik pada
pembelajaran Matematika. Oleh karena itu pada karya tulis ilmiah ini menulis
mengenai “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran
Tematik pada Siswa Kelas I SD”.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang masalah di atas, maka secara spesifik masalahnya dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Apakah melalui
pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas
I SD”.
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika. Sedangkan secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pembelajaran tematik
dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas I SD.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat
Teoretis
Mendapatkan teori baru
tentang peningkatan prestasi belajar Matematika melalui pembelajaran tematik
pada siswa kelas I sekaligus sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat
Praktis
a. Bagi Guru
Memberikan masukan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika kelas I SD dengan model
pembelajaran tematik.
b. Bagi
Instansi Terkait
Merupakan masukan dalam mengambil
kebijakan yang dapat menunjang peningkatan mutu dan efektivitas pembelajaran
Matematika di sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Hakikat Prestasi
Belajar Matematika
a. Pengertian
Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut
Sutratinah Tirtonegoro (1988: 43) adalah “Penilaian hasil usaha kegiatan
belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode
tertentu”.
Sedangkan menurut Winkel (1991: 60) yang
dimaksud dengan prestasi belajar adalah “Bukti keberhasilan usaha yang dapat
dicapai seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari
sesuatu”.
Senada dengan pendapat kedua ahli
tersebut, Anton Sukarno (1994:16) menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah
suatu hasil maksimal yang diperoleh dengan usahanya dalam rangka
mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar”.
Dari ketiga pendapat di atas, maka yang
dimaksud prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan
dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat dalam rangka
mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar.
Dalam penelitian ini yang dimaksud
prestasi belajar adalah suatu angka yang dicapai oleh masing-masing siswa dalam
periode waktu tertentu sebagai hasil dari belajarnya, yang merupakan perwujudan
dari potensi dirinya.
b. Pengertian Matematika
Menurut Djauzak Ahmad (1994: 13)
“Matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari yang
berguna memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
dewasa ini”.
Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust
seperti dikutip Mulyono Abdurrahman (1999: 252), “Matematika adalah bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengeskpresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan
berfikir”.
Senada dengan pendapat tersebut, Kline
dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 252) mengemukakan bahwa “Matematika merupakan
bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif,
tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.
Dari pendapat-pendapat di atas, berarti
bahwa Matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari, yang
merupakan bahasa simbolis untuk memudahkan manusia berfikir dengan menggunakan
cara bernalar deduktif dan induktif.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar
ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memudahkan manusia berfikir dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik berasal dari dirinya (internal) maupun dari
luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada
hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh
karena itu, pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai
prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya
masing-masing (Moh Uzer Usman & Lilis Setiawati, 1993: 9).
Adapun faktor-faktor yang dimaksud
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Faktor yang berasal
dari diri sendiri (internal)
a. Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Yang termasuk faktor ini adalah panca indera yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan
yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah
laku.
b. Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,
terdiri atas:
·
Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan
bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.
·
Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minta kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
2. Faktor yang berasal dari luar luar diri
(eksternal)
a. Faktor sosial yang terdiri atas:
·
Lingkungan keluarga.
·
Lingkungan sekolah.
·
Lingkungan masyarakat.
·
Lingkungan kelompok.
b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tehnologi, dan
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
d. Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan.
Demikian, beberapa faktor internal dan
eksternal yang berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
d. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
dapat memilih materi yang mampu menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk
pribadi siswa, sehingga mampu mengikuti perkembangan IPTEK. Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar tidak dapat terlepas dari ciri Matematika itu
sendiri yaitu memiliki sifat abstrak dan berpola deduktif dan konsisten.
Karenanya kegiatan belajar dan mengajar
Matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain,
karena peserta didik yang belajar Matematika itupun berbeda-beda kemampuannya,
maka kegiatan belajar mengajar harus tetap memperhatikan adanya perbedaaan
individu dan karakteristik siswa. (Djauzak Ahmad, 1994: 13)
Selanjutnya, Djauzak Ahmad (1994: 17)
menyatakan bahwa “Tujuan pembelajaran Matematika secara umum adalah
mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan
melalui latihan dan dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat dan efektif”.
Di samping itu siswa diharapkan mampu menggunakan Matematika dalam kehidupan
sehari-hari dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam Kurikulum 2004 (2003: 6) juga
disebutkan “Tujuan pembelajaran Matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara
berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten. Serta
mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan masalah”.
Sedangkan Moch Ichsan (2003: 4) merumuskan
tujuan pembelajaran Matematika, sebagai berikut:
1.
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan
)sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan Matematika.
3.
Mengembangkan pengetahuan dasar Matematika sebagai bekal belajar lebih
lanjut.
4.
Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Tujuan tersebut dianggap
telah tercapai apabila siswa telah memiliki sejumlah kemampuan di bidang
Matematika. Agar tujuan pembelajaran Matematika tersebut dapat dicapai secara optimal,
guru harus dapat menerapkan pendekatan pembelajaran Matematika secara tepat.
Moch Ichsan (2003: 8-9) mengemukakan empat
macam pendekatan pembelajaran Matematika, yaitu:
1) Pendekatan belajar aktif (Student
Active Learning = SAL)
SAL adalah suatu pembelajaran yang
menekankan aktivitas para siswa secara fisik, intelektual, dan emosional guna
memperoleh hasil belajar yang maksimal, baik ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, maka guru harus dapat menciptakan
suasana yang menggairahkan kegiatan belajar, antara lain dengan menyajikan
bahan pelajaran mengesankan dan merangsang daya kreativitas, sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berkesan.
2) Pendekatan terpadu
Yaitu suatu pendekatan yang mengaitkan
mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran lainnya. Dengan mengetahui
keterkaitan konsep dari beberapa mata pelajaran, maka akan dapat memberi
pengertian kebermaknaan, sehingga siswa lebih mantap dalam memahami suatu
konsep.
3) Pendekatan konstruktivis
Yaitu merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran di kelas melalui tiga fase, yaitu: fase eksplorasi, fase
pengenalan konsep dan aplikasi konsep untuk mencapai kebermaknaan pemahaman.
4) Pendekatan realistik (Realistic
Mathematics Education = RME)
Yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang
bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan keterampilan “process
of doing mathematics”. Pada pendekatan ini peran guru tidak lebih dari
seorang fasilitator, moderator, atau evaluator, sementara siswa berfikir,
mengkomunikasikan “reasoning”nya, melatih nuansa demokrasi dengan
menghargai pendapat orang lain.
Pembelajaran tematik sebagai pendekatan
baru dianggap penting untuk dikembangkan. Hadi Mulyono (2000: 13) memberikan
pengertian pembelajaran tematik dapat dilihat sebagai:
1.
Pembelajaran yang beranjak dari satu tema tertentu sebagai pusat perhatian
(center of interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan
konsep lain yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang
studi lainnya.
2.
Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang
mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan
perkembangan anak.
3.
Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara
simultan.
4.
Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang
berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Menurut Ujang Sukandi (2003: 108)
“Pembelajaran tematis dimaksudkan sebagai suatu pengelolaan kegiatan belajar
mengajar yang direncanakan dengan membuat keterpaduan materi mata pelajaran
dalam satu tema”.
Sedangkan Moch Ichsan (2003: 9) menyatakan
bahwa “Pembelajaran Matematika model Webbed atau pembelajaran
tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan beberapa mata
pelajaran melalui suatu tema tertentu”.
b.
Karakteristik Pembelajaran Tematik
Berdasarkan hakikat pembelajaran tematik,
Tim Pengembang PGSD (2001: 58-59) mengemukakan beberapa ciri atau karakteristik
pembelajaran sebagai berikut:
1.
Holistik
Suatu gejala atau peristiwa yang menjadi
pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa
bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari
segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih
arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di hadapan
mereka.
2.
Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai
macam aspek seperti diterangkan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam
jalinan antar skemata yang dimiliki siswa.
3.
Otentik
Pembelajaran tematik juga memungkinkan
siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. Ini
karena mereka dalam belajarnya melakukan kegiatan secara langsung. Mereka
memahami dari hasil belajar sendiri, hasil dan interaksinya dengan fakta dan
peristiwa, bukan sekedar hasil pemberitahuan guru.
4.
Aktif
Pembelajaran tematik pada dasarnya
dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan diskoveri inkuiri.
Siswa perlu terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasinya. Pembelajaran tematik pada
dasarnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan
siswa.
Oleh karena itu, pembelajaran tematik
bukan semata-mata merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing bidang studi
yang ada kaitannya. Meskipun hal itu bisa saja dilakukan, hal ini bisa tidak
sesuai dengan landasan filosofis, psikologis dan praktis dari pembelajaran
tematik. Pembelajaran tematik bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang
disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari
melalui pengembangan tema tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi
Awal
Guru masih sering
melaksanakan kegiatan pembelajaran Matematika secara murni mata pelajaran dan
terpisah dari mata pelajaran lain. Kegiatan pembelajaran mata pelajaran
Matematika hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
berhubungan dengan Matematika tanpa mengaitkannya dengan mata pelajaran lain.
Pembelajaran seperti ini mengakibatkan siswa terjebak dalam rutinitas yang
membosankan sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik dan motivasi belajar
siswa pun rendah. Siswa juga belum terlibat secara aktif dalam menemukan konsep
yang dipelajari, karena pembelajaran lebih banyak terpusat pada guru. Selain
itu, pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah kurang
mengembangkan siswa untuk berfikir holistik karena siswa kurang mengetahui
keterkaitan konsep dari beberapa mata pelajaran, sehingga pengalaman yang
diperoleh sebagai hasil belajar menjadi kurang bermakna. Pada akhirnya
berimplikasi pada rendahnya prestasi belajar siswa.
B. Perencanaan Tindakan
Dengan berpedoman pada
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu
Pengetahuan Sosial, penulis melakukan langkah-langkah untuk merencanakan model
pembelajaran tematik, antara lain:
a.
Membuat/memilih tema.
b.
Melakukan analisis kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang
sesuai dengan tema.
c.
Membuat pengelompokan jaringan indikator
d.
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran tematik berdasarkan jaringan
indikator yang telah dibuat.
Kegiatan awal untuk setiap pertemuan
memuat doa bersama, absensi siswa dan appersepsi. Tahap appersepsi berupa
cerita atau menyanyi bersama yang bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa
dan mengarahkan minat siswa pada tema yang akan dibicarakan.
Kegiatan inti adalah kegiatan pokok yang
dilaksanakan dalam pembelajaran. Sedangkan kegiatan akhir merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri satu pertemuan, meliputi kegiatan
evaluasi dan memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah.
C. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru
menerapkan model pembelajaran tematik sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun. Tindakan yang dilaksanakan meliputi
kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran antara lain kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Kegiatan pembelajaran untuk setiap
pertemuan diawali dengan kegiatan awal berupa doa bersama, absensi siswa dan
appersepsi. Dilanjutkan dengan kegiatan inti yang pada setiap pertemuannya menyampaikan
1 indikator Matematika sebagai core (inti pembelajaran).
Adapun contoh indikator Matematika dengan
Kompetensi Dasar “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka”
yang menjadi core (inti pembelajaran) pada setiap pertemuan
adalah :
a.
Menjumlah dua bilangan tanpa teknik menyimpan, bilangan sampai 100, untuk
pertemuan ke-1.
b.
Menjumlah dua bilangan dengan teknik menyimpan, bilangan sampai 100, untuk
pertemuan ke-2 dan ke-3.
c.
Mengurangi dua bilangan tanpa teknik meminjam, bilangan sampai 100, untuk
pertemuan ke-4.
d.
Mengurangi dua bilangan dengan teknik meminjam, bilangan sampai 100, untuk
pertemuan ke-5 dan ke-6.
Indikator-indikator Matematika tersebut
dikaitkan dengan indikator mata pelajaran lain yang sesuai dengan tema, yang
tertulis dalam RPP.
Pembelajaran pada setiap pertemuan selalu
diakhiri dengan evaluasi dan memberikan tindak lanjut berupa tugas portofolio.
Dan pada akhir pertemuan dilaksanakan ulangan harian untuk mengetahui prestasi
belajar Matematika.
D. Refleksi
Pembelajaran dengan
meninggalkan pembelajaran konvensional akan dapat menumbuhkembangkan minat dan
motivasi siswa dalam pembelajaran. Siswa dapat lebih menerima pengajaran yang
dilakukan oleh guru karena sifatnya yang bervariasi dan konkret. Selain itu
guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai pembelajar akan lebih mudah tercapai
karena motivasi siswa tinggi keaktifan siswa meningkat. Hal ini sesuai tuntutan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang maksimal.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
penulisan karya imiah dengan pembelajaran tematik dalam pembelajaran Matematika
pada kelas I dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran
tematik dalam pembelajaran Matematika dilakukan dengan mengaitkan mata
pelajaran Matematika dengan mata pelajaran lainnya melalui konsep-konsep yang
dapat dipadukan dalam naungan tema tertentu.
2. Dengan pembelajaran
tematik dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas I.
3. Dengan menerapkan model
pembelajaran tematik dapat meningkatkan peran aktif (pastisipasi) siswa dalam
proses pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil
penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan uraian penutup penelitian ini, antara
lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya mengupayakan
pengadaan berbagai alat peraga Matematika khususnya untuk kelas rendah (kelas 1
dan 2), baik droping maupun swadaya sekolah, sehingga lebih
menunjang dalam penanaman konsep-konsep Matematika secara lebih nyata sekaligus
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan memberdayakan model pembelajaran
tematik.
2. Bagi Guru
Hendaknya mempersiapkan
secara cermat perangkat pendukung pembelajaran tematik dan fasilitas belajar
yang diperlukan, karena sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi
pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada proses dan hasil belajar
Matematika siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anton Sukarno. 1994. Efektifitas
Sistem Pengajaran Pelayanan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum
2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.
Jakarta: Puskur Balitbang.
Djauzak Ahmad. 1994. Pedoman
Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Balai Pustaka.
Hadi Mulyono. 2000. Pembelajaran
Terpadu. Surakarta: Sebelas Maret University Pers.
Hartono & Edy Legowo. 2003. Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: Depdiknas.
Moch. Ichsan. 2003. Strategi
Belajar Mengajar Matematika di Sekolah Dasar. Semarang: BPG.
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya
Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP).
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyadi HP. 2006. Kajian Teori dan
Hipotesis Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: LPMP Jawa
Tengah.
Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutratinah Tirtonegoro. 1988. Anak
Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Pengembang PGSD. 2001. Pembelajaran
Terpadu. Bandung: Maulana.
Ujang Sukandi, et.al. 2003. Belajar
Aktif dan Terpadu: Apa, Mengapa dan Bagaimana?. Surabaya: Duta Graha
Pustaka.
Winkel W.S. 1991. Bimbingan dan
Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Karya Ilmiah Sastra Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra di Indonesia sudah mulai
digemari remaja pada masa kini, termasuk karya sastra novel. Novel adalah
sebuah karya prosa fiksi yang mengangkat permasalahan yang kompleks dan luar
biasa dari kehidupan tokoh-tokohnya. Pengetahuan akan unsur
yang membentuk karya sastra pun sangat diperlukan untuk memahami karya sastra
secara menyeluruh. Hadirnya suatu karya sastra tentunya agar dinikmati oleh
para pembaca. Untuk dapat menikmati sebuah karya secara sungguh-sungguh dan
baik diperlukan seperangkat pengetahuan akan karya sastra. Tanpa pengetahuan
yang cukup penikmatan akan sebuah karya hanya bersifat dangkal dan sepintas
karena kurangnya pemahaman yang tepat.
Dalam dunia kesusastraan penyair
sering dilukiskan sebagai orang kerasukan yang bicara secara tidak sadar
tentang apa saja yang dirasakan dalam tingkatan sub dan supra dan
supra-rasional (Hardjana, 1911 : 61). Dalam dunia fiksi kadang ada sesuatu yang
tidak dapat diterima oleh akalsehat, karena
memang dengan istilah seorang penyair menuangkan imajinasinya untuk diwujudkan
dalam karya sastra.
Dalam dunia kesusastraan selalu
identik dengan penjiwaan baik itu dari tingkat emosi pengarang maupun dari
penikmat karya sastra. Hasil karya sastra tertentu merupakan hasil khayalan
pengarang yang sedang mengalami keadaan jiwa tertentu (Hardjana, 1991 : 65).
Dari sinilah disimpulkan bahwa karya sastra merupakan sebuah bentukan (out put)
dari proses pemikiran (imajinatif) pengarang dalam mengapresiasi untuk menjadi
sesuatu yang estetik.
Disamping itu, pengetahuan akan
unsur-unsur yang membentuk karya sastra pun sangat diperlukan untuk memahami
karya sastra secara menyeluruh. Tanpa pengetahuan akan unsur-unsur yang
membangun karya sastra, pengetahuan kita akan dangkal dan hanya terkaan saja
sifatnya, jika pengetahuan dengan cara demikian, maka maksud dan makna yang
disampaikan pengarang kemungkinan tidak akan tertangkap oleh pembaca.
Unsur-unsur karya sastra tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam tubuh karya sastra itu sendiri yang
meliputi tema, alur, setting, penokohan, dan sudut pandang.
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berbeda diluar tubuh karya sastra
yang meliputi adat istiadat, agama, politik, situasi zaman.
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah unsur intrinsik yang terdapat dalam
novelKatak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sutan Iskandar?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk:
Mendeskripsikan unsur intrinsik novel Katak Hendak Jadi
Lembu karya Nur Sutan Iskandar.
1.4. Manfaat penelitian
Mengetahui
unsur intrinsik dalam novel Katak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sutan
Iskandar.
BAB II
LANDASAN TEORI
Agar
penelitian ini memiliki kekuatan ilmiah yang diharapkan, maka harus didukung
oleh pendapat yang sahih dari ahlinya. Untuk itu penulis menggunakan dasar
pemikiran sebagai berikut:
2.1 Konsep Pengajaran Pragmatik Sastra
Dalam kurikulum berbasis kompetensi
pembelajaran sastra bukan hanya sekedar formalitas dan menekankan hafalan saja
tetapi diharapkan sastra memiliki peranan bagi kehidupan peserta didik.
Sehingga dalam belajar sastra, peserta didik melibatkan totalitas kejiwaan dan
memiliki target tertentu yang ditentukan sendiri oleh peserta didik. Untuk itu
dibutuhkan kejelian guru dalam memilih tema karya sastra yang sesuai dengan
kemampuan siswa pada tahapan tertentu. “Pelaksanaan pembelajaran sastra sebelum
ada KBK boleh dikatakan gagal, karena tidak menyentu esensi apresiasi sastra.
Karenanya melalui KBK peserta didik dan diajak menggauli langsung karya sastra,
mengoptimalkan pengalaman hidup, mendayagunakan sumber-sumber belajar dari
lingkungan peserta didik dan sebagainya.” (Endraswara,2008:191)
Pemilihan tema bahan pengajaran sastra
yang bersumber dari lingkungan dan kebutuhan peserta didik akan memudahkan
peserta didik dalam mengapresiasi karya sastra secara optimal berdasarkan
pengalaman hidupnya. “Arah pembelajaran sastra pun akan menjadi epigon paham KBK,
sehingga tidak hanya sebagai teori sastra, melainkan pembelajaran
mengarah pada aspek pragmatik (aspek kegunaan)”. (Endraswara, 2008:192) Peserta
didik akan termotivasi mempelajari karya sastra karena peserta didik merasa
membutuhkan. Dengan demikian peserta didik akan belajar sastra lebih humanis
dan menyenangkan dalam rangka mencapai kompetensi dasar.
“Dengan demikian dapat ditegaskan
bahwa tujuan pengajaran sastra tidak lain adalah memberikan kesempatan pada
siswa untuk memperoleh pengalaman sastra, sehingga sasaran akhirnya dalam wujud
pembinaan apresiasinya dapat tercapai” (Gani,1988:49). Sesuai dengan pendapat
ahli tersebut di atas, prinsip penting dalam pengajaran sastra adalah peserta
didik mampu mengapresiasi karya sastra sesuai KBK. Yaitu apresiasi yang
berospek pada masa depan, apresiasi yang hidup dan penuh makna.
Konteks tersebut di atas menghendaki
kriteria dasar yang jelas setelah peserta didik belajar sastra. “Belajar sastra
harus memiliki kriteria yang jelas. Kriteria tersebut ke arah pragmatik dan
mendukung masa depan peserta didik. Sehingga pemilihan bahan pembelajaran
sangat penting dan harus sesuai dengan link danmatc dunia kerja
atau masa depan peserta didik agar pendidikan tidak sia-sia” (Gani,1988:49).
BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
3.1 Metode dan teknik Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
penlis adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode
penelitian yang bersifat observasi yaitu dengan cara memperoleh data dengan meneliti
dan menganalisis. “Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat
pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu” (Suryabrata,1991:19)
Data yang berhasil dikumpulkan baik
melalui kepustakaan maupun pengamatan didisusun berdasarkan pendekatan
sosiologi sastra. Yang dimaksud dengan pendekatan sosiologi sastra adalah
pendekatan sastra yang berupaya menelaah latar belakang kehidupan sosio budaya, kehidupan masyarakat,
serta tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkunagankehidupan pada saat sastra itu diciptakan.
3.1.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu
cara yang efektif untuk menjaring data yang akurat” (Suharsini,1993:192).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi
sebuah buku yang berjudul Kumpulan Cerita Pendek OKNUM karya M. Shoim Anwar
dengan cara mengapresiasi karya tersebut. Langkah-langkah dalam
mengapresiasi karya sastra tersebut adalah:
3.1.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Teknik yang dipergunakan untuk
menganalis data dalam penelitian ini adalah analisis tekstual. Yang dimaksud
dengan analisis tekstual adalah analisis unit-unit teks yang mewakili
unsur-unsur tokoh yang menggambarkan kondisi sosial masyarakat dengan memberikan
interpretasi sosiologi terhadap berbagai data atau variabel yang diteliti.
Adapun metode analisis data yang
dipergunakan adalah deskriptif kualitatif. Pengolahan data dalam penelitian ini
dilakukan sebagai berikut:
Klasifikasi data
Data yang terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan ruang lingkup
permasalahanKomparasi
Setelah data diklasifikasikan maka
data tersebut dikomporasikan dengan data yang ada di luar karya sastra.
Refleksi
Peneliti mengadakan penafsiran
terhadap data yang telah dikomporasikan
Deskripsi
Pada tahap ini dilakukan interpretasi dengan cara memaparkan hasil
penelitian (Suryabrata,1983:30)
Penelitian Kualitatif yang bersifat deskriptif ini berpandangan bahwa
semua hal yang berupa sistem tanda tidak ada yang patut diremehkan, semuanya
mempunyai pengaruh satu dengan yang lain.
“Dengan mendeskripsikan sistem tanda
atau semiotik mungkin akan memberikan sesuatu pemahaman yang lebih komprehensif
mengenai apa yang sedang dikaji” (semi,1990:24). Penelitian deskriptif berarti
data tersebut terurai dalam bentuk kata atau gambar, bukan dalam bentuk
angka-angka. Pada umumnya data berupa pencatatan, foto – foto, rekaman,
dokumen, atau catatan resmi lainnya. Sedangkan penelitian kualitatif,
pelaporannya dengan menggunakan bahasa verbal merupakan unsur yang sangat
penting, karena semua interpretasi dan simpulan yang diambil disampaikan secara
verbal.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel ini ditulis karya ilmiah ini ditulis berdasarkan referensi:
Anwar,
M.Shoim. 1992. OKNUM: Gaya Masa,
Endraswara,
Suwardi. 2008.Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta,
Junus,
Umar. 1986. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: Pt. Gramedia,
Milles,
Matthew. B. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas
Indonesia,
Suryabrata,
Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers,
Teeuw.A.
1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar teori Sastra. Jakarta: Pt.
Dunia Pustaka Jaya,
Wellek.
Renne dan Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Pt Gramedia.
No comments:
Post a Comment